Pendahuluan
Sektor Migas telah menjadi elemen penting
dalam perekonomian Indonesia.Pada tahun
1980-an Indonesia merupakan Negara pengekspor minyak di dunia. Indonesia telah
menempatkan paradigma pendirian
perusahaan tambang sebagai agen pembangunan, agen modernitas yang akan
membawa perubahan untuk pembangunan
sosial ekonomi. Beberapa tahun terakhir
kotapertambangan berdiri, selain itu
Indonesia juga telah memiliki kota
pertambangan warisan dari jaman belanda.
Tetapi yang menjadi persoalan sejauh mana
Negara berhasil menciptakan kesejahteraan
bagi masyarakat lokal di sekitar tambang
Menurut ANDAL Banyu Urip (2003)
Kabupaten Bojonegoro mempunyai sekitar
40 sumur yang diperkirakan mengandung
600 juta barel minyak dan 1,7 juta tryliun - 2
tryliun kaki kubik (TCF), sumur tersebut
akan dikelolaExxon-mobil. Serta
berdasarkan dokumen ANDAL Banyu Urip
(2003) lokasi CPF (Central Processing
Facility) rencananya membutuhkan lahan
sebesar ± 700 ha yang berlokasi di 8 desa :
Bonorejo, Gayam, Brabohan, Ringin
Tunggal, Mojodelik, Begadon dan Katur.
Desa-desa di wilayah tersebut pastiakan
mengalami perubahan pemanfaatan lahan
dari daerah pemukiman dan pertanian
menjadi penghasil minyak. Perubahan tata
guna lahan ini akan merubah struktur mata
pencaharian masyarakat. Semula masyarakat
bertumpu pada sektor pertanian, akan
beralih ke sektor pertambangan. Akan tetapi
masyarakat lokal belum tentu dapat
mengakses ke dalamnya. Harapannya
dengan berdirinya suatu usaha
akanmembuka lapangan kerja baru. Tetapi
dengan alasan pendidikan dan keahlian yang
tidak memadai, masyarakat tidak bisa
bekerja di dalamnya
Penelitian mengenai dampak sosialekonomi
eksploitasi pertambangan Banyu
Urip penting untuk dilakukan agar
masyarakat dan pemerintah dapat
mengidentifikasi dan memanfaatkan dengan
baik peluang ekonomi yang muncul dari
pelaksanaan proyek ini.
Baca Selengkapnya Klik Disini
Anda Butuh Bantuan Pembuatan Skripsi?Tesis?Disertasi? (Semua Jurusan?) atau Tugas Perkuliahan yang lain? Hub: 085729587732
No comments:
Post a Comment