Pendahuluan
Multikulturalisme secara sederhana dapat dikatakan pengakuan atas pluralisme
budaya. Pluralisme budaya bukanlah suatu yang “given” tetapi merupakan suatu proses
internalisasi nilai-nilai di dalam suatu komunitas. Tidak mengherankan apabila tokoh
politik demokrasi dan pendidikan demokrasi, John Dewey, telah melahirkan karya
besarnya mengenai hubungan antara demokrasi dan pendidikan (Tilaar, 2004: 1790).
Dalam pandangan Dewey dikaitkan antara proses demokrasi dan proses pendidikan.
Demokrasi bukan hanya masalah procedural ataubentuk pemerintahan tetapi
merupakan suatu way of life. Sebagai way of life dari suatu komunitas, maka hal tersebut
tidak mungkin dicapai tanpa proses pendidikan. Proses pendidikan itu sendiri haruslah
merupakan suatu proses demokrasi. Inilah jalan pikiran John Dewey dalam memelihara
dan mengembangkan suatu masyarakat demokrasi.
Membangun suatu masyarakat demokrasi yang multikultural tentunya meminta
sistem pendidikan nasional yang dapat membangun masarakat yang demikian. Artinya
sistem pendidikan nasional harus mengacu dan menerapkan proses untuk mewujudkan
tujuan tersebut. Di Indonesia dewasa ini telah cukup banyak upaya yang telah
dirumuskan dan dicobakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Perwujudannya telah
didukung oleh pengakuan terhadap eksistensi masyarakat dan bangsa Indonesia yang
pluralis serta pengakuan terhadap otonomi daerah, merupakan pengalaman baru yang
perlu dicermati dan disempurnakan secara terus menerus.
Membangun masyarakat yang demokratis bagi Indonesia merupakan suatu tugas
yang tidak ringan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat pluralis dan multikultural.
Indonesia terkenal dengan pluralitas suku bangsa yang mendiami kepulauan nusantara.
Di dalam penelitian etnologis misalnya, diketahui bahwa Indonesia terdiri atas kurang
lebih 600 suku bangsa dengan identitasnya masing-masing serta kebudayaannya yang
berbeda-beda. Selain dari kehidupan suku-suku tersebut yang terkonsentrasi pada
daerah-daerah tertentu, terjadi pula konsentrasi suku-suku di tempat lain karena migrasi
atau karena mobilisasi penduduk yang cepat. Melalui sensus 2000 tercatat 101 suku
bangsa di Indonesia dengan jumlah total penduduk 201.092.238 jiwa sebagai warga
Negara (Suryadinata cs, 2003: 102). Kepulauan nusantara merupakan ajang pertemuan
dari agama-agama besar di dunia. Penyebaran agama-agama besar tersebut tidak
terlepas dari letak geografis kepulauan nusantara di dalam perdagangan dunia sejak abad
permulaan. Tidak mengherankan apabila pengaruh-pengaruh penyebaran agama Hindu,
2
Budha, Islam, Katolik, Kristen, serta agama-agama lainnya terdapat di Kepulauan
Nusantara. Setiap sub etnis di Indonesia mempunyai kebudayaan sendiri. Kebudayaan
berjenis-jenis etnis tersebut bukan hanya diperlihara dan berkembang di dalam teritori di
mana terjadi konsentrasi etnis tersebut tetapi juga telah menyebar di seluruh Nusantara.
Baca Selengkapnya Klik Disini
Anda Butuh Bantuan Pembuatan Skripsi?Tesis?Disertasi? (Semua Jurusan?) atau Tugas Perkuliahan yang lain? Hub: 085729587732
No comments:
Post a Comment